ada sedikit cerita yang ingin saya bagikan mengenai pemungutan suara (pemilu) yang berlangsung tanggal 9 April 2009 yang lalu.
Kebetulan di hari itu saya sengaja datang lebih siang sekitar pukul 10.00 WIB, karena jam-jam tersebut kebanyakan warga baru datang untuk menyuarakan haknya di TPS. Dan saya juga ingin mengetahui sejauh mana antusias warga di tempat tinggal saya untuk mengikuti pemilu.
Ternyata benar dugaan saya benar, tak berapa lama warga yang lain berdatangan. Selang berapa menit kursi-kursi yang disediakan penuh sesaka oleh warga yang ingin "Nyoblos", ehh maksut saya mencontreng. Karena saya juga menirukan petugas KPPS yang keliru mengucapkan kata yang seharusnya "mencontreng" menjadi "mencoblos". Mungkin karena belum terbiasa dengan istilah mencontreng dimana pemilu tahun-tahun lalu masih menggunakan cara pencoblosan untuk menyuarakan haknya.
dari berlangsungnya "pencontrengan" ini saya masih melihat banyak warga yang masih bingung entah itu tentang tata cara pencontrengan atau bingung memilih Caleg karena begitu banyak partai serta caleg dan besarnya kertas suara. Saya mengamati setiap pemilih masuk ke bilik suara kurang lebih untuk mencontreng membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Itu juga pemilih direpotkan dengan melipat kembali surat suara yang besar sehingga memakan waktu banyak.
Begitu banyaknya antrian dan lamanya warga untuk mencontreng di bilik suara membuat banyak warga yang mengantri akhirnya pulang untuk kembali lagi beberapa waktu. Hal ini juga menghambat berlangsungnya pemungutan suara di TPS tempat saya nyontreng. Sekitar Pukul dua belas siang untuk pendaftaran ditutup, masih ada juga warga yang terlambat datang ke TPS sehingga tidak bisa menyuarakan hak pilihnya. Entah kurangnya sosialisasi atau begitu sibuknya dia sehingga lupa menyempatkan waktunya untuk mencontreng. Hanguslah kesempatan dia dalam mengikuti "Pesta Demokrasi" di negeri ini.
Hampir dua jam lebih saya di TPS, antrian yang tadinya banyak lama-lama berkurang dan akhirnya habis tinggal saya. Saya heran kenapa tetangga saya yang duluan dipanggil padahal saya datang lebih awal dari dia. saya pikir mungkin terlewat untuk dibacakan oleh petugasnya. Badan saya sudah dipenuhi keringat karena di TPS ini hanya beratapkan tenda "darurat" dengan plastik. Sayapun menanyakan kepada petugasnya, dan ternyata surat saya untuk mendaftar tidak ada. Aneh, tadinya saya serahkan langsung kepada petugas yang jaga di pendaftaran. Setelah dicari-cari akhirnya ketemu. Ternyata penyebabnya adalah kekeliruan petugas yang mengira saya sebagai anggota kepolisian, karena ada nama yang sangat mirip dengan saya dan dia berprofesi sabagai Polisi. Polisi dan TNI bersikap netral dalam pemilu, sehingga jika terdaftar pemilih maka daftar tersebut dianulir atau dicoret. Eh lha kok daftar saya ikutan dicoret, hampir saja saya kehilangan hak pilih. Tapi akhirnya saya nyontreng juga. Wuiiihh...Pikiran saya langsung buyar yang tadinya sudah mempunyai planing ingin mencontreng partai yang saya pilih setelah melihat berjubelnya partai serta tampang-tampang caleg yang fotonya menggambarkan keoptimisannya untuk dicontreng, entah dia punya visi misi apa kebanyakan orang memilih wajah atau foto yang familiar yang menghiasi dijalan-jalan selama kampanye. Dan mungkin juga karena ketampanan atau kecantikan para caleg yang membuat pemilih rela mencoretkan tinta tanda pengharapan kepada mereka untuk Indonesia lebih baik lima tahun kedepan. Dengan muka sedikit pucat karena kepanasan dan kelaparan karena lupa belum sarapan akhirnya saya selesai nyontreng juga. Lega bercampur emosi membara karena banyaknya kekacauan selama pemilihan berlangsung.
Sekarang hanya tinggal menebus janji-jani mereka yang telah kita pilih dalam bilik penentuan lima tahun kedepan. Semua, kita sebagai rakyat kecil hanya bisa berharap-harap cemas tentang janji kesejahteraan yang digembar-gemborkan saat mereka berkampanye keliling negeri. Setidaknya kita telah menjadi warga negara yang patuh akan aturan di negeri ini walaupun kenyataan masih diatas awang-awang. Jangan biarkan kita selalu bermimpi tentang Surga Indonesia yang kenyataannya neraka bagi rakyat tertindas. Mari kita sukseskan pemilu presiden kalua tidak salah 8 Juli mendatang agar permasalahan negeri ini cepat teratasi. Dan pertimbangkan pilihan anda dengan menggali informasi capres yang akan kita pilih untuk memimpin negeri ini, atau setidaknya melihat tayangan televisi yang mengulas tentang capres dan debat terbuka yang mungkin akan digelar mendekati pemilihan presiden mendatang. Semoga Indonesia tetap Jaya
Kebetulan di hari itu saya sengaja datang lebih siang sekitar pukul 10.00 WIB, karena jam-jam tersebut kebanyakan warga baru datang untuk menyuarakan haknya di TPS. Dan saya juga ingin mengetahui sejauh mana antusias warga di tempat tinggal saya untuk mengikuti pemilu.
Ternyata benar dugaan saya benar, tak berapa lama warga yang lain berdatangan. Selang berapa menit kursi-kursi yang disediakan penuh sesaka oleh warga yang ingin "Nyoblos", ehh maksut saya mencontreng. Karena saya juga menirukan petugas KPPS yang keliru mengucapkan kata yang seharusnya "mencontreng" menjadi "mencoblos". Mungkin karena belum terbiasa dengan istilah mencontreng dimana pemilu tahun-tahun lalu masih menggunakan cara pencoblosan untuk menyuarakan haknya.
dari berlangsungnya "pencontrengan" ini saya masih melihat banyak warga yang masih bingung entah itu tentang tata cara pencontrengan atau bingung memilih Caleg karena begitu banyak partai serta caleg dan besarnya kertas suara. Saya mengamati setiap pemilih masuk ke bilik suara kurang lebih untuk mencontreng membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Itu juga pemilih direpotkan dengan melipat kembali surat suara yang besar sehingga memakan waktu banyak.
Begitu banyaknya antrian dan lamanya warga untuk mencontreng di bilik suara membuat banyak warga yang mengantri akhirnya pulang untuk kembali lagi beberapa waktu. Hal ini juga menghambat berlangsungnya pemungutan suara di TPS tempat saya nyontreng. Sekitar Pukul dua belas siang untuk pendaftaran ditutup, masih ada juga warga yang terlambat datang ke TPS sehingga tidak bisa menyuarakan hak pilihnya. Entah kurangnya sosialisasi atau begitu sibuknya dia sehingga lupa menyempatkan waktunya untuk mencontreng. Hanguslah kesempatan dia dalam mengikuti "Pesta Demokrasi" di negeri ini.
Hampir dua jam lebih saya di TPS, antrian yang tadinya banyak lama-lama berkurang dan akhirnya habis tinggal saya. Saya heran kenapa tetangga saya yang duluan dipanggil padahal saya datang lebih awal dari dia. saya pikir mungkin terlewat untuk dibacakan oleh petugasnya. Badan saya sudah dipenuhi keringat karena di TPS ini hanya beratapkan tenda "darurat" dengan plastik. Sayapun menanyakan kepada petugasnya, dan ternyata surat saya untuk mendaftar tidak ada. Aneh, tadinya saya serahkan langsung kepada petugas yang jaga di pendaftaran. Setelah dicari-cari akhirnya ketemu. Ternyata penyebabnya adalah kekeliruan petugas yang mengira saya sebagai anggota kepolisian, karena ada nama yang sangat mirip dengan saya dan dia berprofesi sabagai Polisi. Polisi dan TNI bersikap netral dalam pemilu, sehingga jika terdaftar pemilih maka daftar tersebut dianulir atau dicoret. Eh lha kok daftar saya ikutan dicoret, hampir saja saya kehilangan hak pilih. Tapi akhirnya saya nyontreng juga. Wuiiihh...Pikiran saya langsung buyar yang tadinya sudah mempunyai planing ingin mencontreng partai yang saya pilih setelah melihat berjubelnya partai serta tampang-tampang caleg yang fotonya menggambarkan keoptimisannya untuk dicontreng, entah dia punya visi misi apa kebanyakan orang memilih wajah atau foto yang familiar yang menghiasi dijalan-jalan selama kampanye. Dan mungkin juga karena ketampanan atau kecantikan para caleg yang membuat pemilih rela mencoretkan tinta tanda pengharapan kepada mereka untuk Indonesia lebih baik lima tahun kedepan. Dengan muka sedikit pucat karena kepanasan dan kelaparan karena lupa belum sarapan akhirnya saya selesai nyontreng juga. Lega bercampur emosi membara karena banyaknya kekacauan selama pemilihan berlangsung.
Sekarang hanya tinggal menebus janji-jani mereka yang telah kita pilih dalam bilik penentuan lima tahun kedepan. Semua, kita sebagai rakyat kecil hanya bisa berharap-harap cemas tentang janji kesejahteraan yang digembar-gemborkan saat mereka berkampanye keliling negeri. Setidaknya kita telah menjadi warga negara yang patuh akan aturan di negeri ini walaupun kenyataan masih diatas awang-awang. Jangan biarkan kita selalu bermimpi tentang Surga Indonesia yang kenyataannya neraka bagi rakyat tertindas. Mari kita sukseskan pemilu presiden kalua tidak salah 8 Juli mendatang agar permasalahan negeri ini cepat teratasi. Dan pertimbangkan pilihan anda dengan menggali informasi capres yang akan kita pilih untuk memimpin negeri ini, atau setidaknya melihat tayangan televisi yang mengulas tentang capres dan debat terbuka yang mungkin akan digelar mendekati pemilihan presiden mendatang. Semoga Indonesia tetap Jaya






0 komentar:
Posting Komentar